MYLEA: Mycelium Leather

MYLEA: Mycelium Leather

 

Kami bekerja sama dengan Mycotech dalam mengembangkan produk bebas kulit menggunakan teknologi mereka yang disebut MYLEA.

Mylea terinspirasi oleh tempe, hidangan tradisional Indonesia, yang dibuat dengan menggabungkan kedelai putih dengan jamur bernama Rhizopus Oligosporus. Jamur Miselium mengikat kedelai menjadi satu dan membuatnya menjadi padat. Alih-alih menggunakan kedelai, media pertumbuhan yang digunakan Mylea adalah sisa limbah pertanian.

.

It’s not leather, but it’s better for the world.

.

Tidak seperti kulit yang berbahan dasar hewan, proses penyamakan Mylea bebas kromium-3 dan mengonsumsi lebih sedikit air. Bahan ini memungkinkan kita untuk menggunakan pewarna botani dari tanaman asli, pohon, akar, daun dengan seluruh spektrum warna yang berbeda. Proses tumbuh yang cepat yaitu 3 – 4 tahun dari mulai penanaman, jauh lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan sapi yang butuh 7 tahun untuk layak disamak kulitnya.

.

.

Membuat kulit membutuhkan banyak air, uang, CO2 dan harus diwarnai beberapa kali. Menurut Mycotech, Mylea dapat menyerap pewarna lebih cepat dan lebih baik, menghasilkan biaya produksi yang lebih murah dan warna yang lebih cerah.

Selain itu, mereka hanya menggunakan pewarna alami yang diekstrak dari daun, akar, dan bahkan sisa makanan untuk menambahkan warna pada Mylea. Bahannya hanya menghasilkan 0,7 kilogram CO2, dibandingkan dengan 355.500 kilogram CO2 yang dihasilkan proses produksi kulit sapi. Material ini juga menghabiskan sebagian kecil air dan waktu untuk tumbuh.

.

Cheers to the more sustainable fashion ahead.


Leave a comment

Please note, comments must be approved before they are published

This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.